Seorang pemuda sedang mengamati kepompong yang tergantung di sebuah pohon. Tertarik melihat apa yang ada dalam kepompong itu, ia betah berlama-lama mengamati dan menunggu apa yang terjadi. Tiba-tiba dari dalam kepompong, dengan sangat susah payah dan perlahan-lahan keluarlah ulat yang akan berubah menjadi kupu-kupu. Hanya saja sayap kupu-kupu itu masih sangat lemah dan belum sempurna bentuknya. Kasihan dengan perjuangan kupu-kupu bayi ini, ia pun membantu dengan merobek kepompong dan melepaskan kupu-kupu tersebut. Apa yang terjadi kemudian? Kupu-kupu itu memang terbebas dari kepompong dan awalnya bisa terbang. Namun, tidak lama kemudian kupu-kupu itu terhempas jatuh karena bentuk sayapnya belum sempurna. Dan perlahan namun pasti, kupu-kupu itu mati lemas karena kondisi tubuhnya yang belum sempurna itu.
Banyak orang seperti pemuda di atas. Berusaha membantu Tuhan untuk mempercepat proses kehidupan yang sedang Tuhan lakukan dalam kehidupannya. Banyak orang lebih memilih jalan instan dan menghindari jalan-jalan panjang proses kehidupan. Alasannya banyak, terlalu lama, terlalu sakit, terkadang karena kurang sabar dan kurang mampu mencintai proses yang dari Tuhan.
Hanya seorang pecundang yang menyukai proses hidup yang instan
Sebagai contoh: Yusuf mengalami dan merasakan saat-saat Tuhan memproses dia sedemikian rupa. Sebenarnya Yusuf bisa saja mengambil jalan pintas. Bisa saja setelah mendapatkan mimpi, dia langsung hijrah ke Mesir dan mulai meniti karier, atau bisa saja dia mencari relasi dan mulai menceritakan mimpi yang ia dapatkan. Dengan kata lain, terbuka jalan yang begitu lebar bagi Yusuf untuk memilih jalan pintas.
Namun, Yusuf bukanlah seorang pecundang kehidupan. Dia memilih menjalani dan mencintai proses saat Tuhan membentuknya. Dia percaya bahwa ketika Tuhan memberikan visi, Tuhan pasti memiliki cara yang terbaik untuk mengantarkannya pada pencapaian visi. Dan Yusuf tidak pernah berusaha untuk lari dari proses yang sedang Tuhan lakukan dalam hidupnya: dia belajar mengambil pelajaran sebaik mungkin. Tidak heran ketika dia naik takhta dan meraih apa yang diimpikan, dia tidak menjadi orang yang sombong dan besar kepala. Sebaliknya, berkat tempaan proses yang panjang dan menyakitkan, Yusuf tampil menjadi seorang muda yang mampu bertahan di masa sukar dan menyelesaikan masalah-masalah yang sukar. Kalau dulu Yusuf memilih jalan instan, bisa jadi dia tidak akan sanggup mencari solusi bagi masalah kelaparan yang siap menghadang tujuh tahun lamanya.
Hidup yang maksimal tidak akan pernah kita capai melalui jalan-jalan instan
Tuhan rasa-rasanya tidak membutuhkan bantuan kita untuk membuat kita sampai ditujuan akhir dan hidup maksimal. Tuhan hanya membutuhkan kerjasama kita untuk setia dan bertahan dalam proses yang Ia lakukan dalam hidup kita. Jalan pintas tidak akan pernah berhasil mengantarkan kita dalam tangga tingkat maksimal hidup. Malah bisa jadi kita akan berakhir seperti kupu-kupu malang di atas. Kita kadangkala sering berpikir miring: menganggap bahwa Tuhan tidak mengasihi kita sehingga kita harus hidup menderita. Menganggap bahwa Tuhan menganaktirikan kita dengan membuat banyak masalah sulit datang bertubi-tubi. Padahal, kita tidak mengetahui bahwa dibalik kesulitan dan masalah; Tuhan sedang merenda dan menenun kita menjadi orang dengan mental yang lebih kuat, lebih tangguh, dan lebih berdaya tahan.
Kita tidak perlu membantu Tuhan. Kita hanya perlu belajar saja mencintai proses kehidupan yang sedang kita alami, lengkap dengan segudang duka, penderitaan dan masalah pelik yang datang menerpa. Percaya saja! Semuanya itu sudah diatur dengan saksama oleh Yang di Atas Sana.
Kadangkala Tuhan menenangkan badai kehidupan kita;
namun lebih sering Ia membiarkan badai kehidupan itu mengamuk
dan Ia memampukan kita untuk menenangkannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar